(Review) Silence
Judul Asli: サイレンス (Silence)
Judul Terjemahan: Silence
Penulis: Akiyoshi Rikako
Genre: Mystery, Romance
Genre: Mystery, Romance
Jenis: Japanese Literature
Penerbit: Haru Media
ISBN: 978-602-6383-38-9
Ukuran: 13x19 Halaman
ISBN: 978-602-6383-38-9
Ukuran: 13x19 Halaman
Tebal: 334 Halaman
Cetakan ke: 1
Terbit: Desember 2017
Terbit: Desember 2017
Hisashiburi mina-san. Sudah lama tidak berjumpa. Saya sudah lama menyelesaikan foto tentang novel-novel sisa hehe. Hari ini saya akan mereview novel Silence yang datang bersama denga Hyouka. Sengaja saya review bareng, novel ini saya habiskan dalam dua hari di rumah sakit. Mengingat saat itu mama sedang operasi dan saya menunggu di rumah sakit yang AC nya super dingin seperti sedang musim salju. Yap, sekian curhat-curhatnya.
Blurb:
Miyuki dibesarkan di Yuki-no-Shima, sebuah pulau terpencil yang konon dilindungi oleh Shimatama-san, dewa penjaga pulau. Miyuki yang bermimpi menjadi artis akhirnya keluar dari pulau itu dan tinggal di Tokyo, meskipun ditentang oleh kedua orangtuanya. Setelah lama tidak pulang, akhirnya tahun ini Miyuki akan pulang bersama dengan Toshiaki, kekasihnya. Meski awalnya Miyuki tidak menyadarinya, tapi sepertinya Shimatama-san tahu ada yang tidak beres dengan Toshiaki.
Review:
Cover silence ini sebenarnya pernah di vote untuk background dan gambar sampul dan akhirnya sampul serta background ini yang menang. Saya suka cover kali ini karena dengan menggunakan background hitam, warna salju jadi lebih terlihat dan memberikan kesan misterius. Akiyoshi-sensei kali ini sepertinya memberikan genre misteri dan romance sesuai dengan blurbnya.
Suasana awal buku sangat normal dan kita digiring untuk membenci karakter utama. Kemudian semakin lama semakin berat pada setiap babnya. Membaca novel ini membuat saya membayangkan salju di pulau dan setelah sekian lama membaca novel Akiyoshi-sensei, saya memutuskan tidak ada satupun tokoh yang bisa saya percayai. Kali ini saya tidak merasa pusing memikirkan amanat, tapi saya lebih pusing mengenai apa yang terjadi pada Toshiaki. Karakter yang diceritakan mendapat porsi sudut pandang masing-masing. Saya merasa konflik novel ini terselubung. Saya benar-benar dibuat bertanya-tanya sekaligus merinding, bahkan sampai akhir cerita saya masih bingung. Tapi, saat ini saya baru sadar siapa Shimatama-san dan apa yang terjadi pada Toshiaki ataukah mungkin Akiyoshi-sensei menginginkan kita untuk menentukan bagaimana akhir dari kisah ini berdasarkan pandangan kita?
Suasana awal buku sangat normal dan kita digiring untuk membenci karakter utama. Kemudian semakin lama semakin berat pada setiap babnya. Membaca novel ini membuat saya membayangkan salju di pulau dan setelah sekian lama membaca novel Akiyoshi-sensei, saya memutuskan tidak ada satupun tokoh yang bisa saya percayai. Kali ini saya tidak merasa pusing memikirkan amanat, tapi saya lebih pusing mengenai apa yang terjadi pada Toshiaki. Karakter yang diceritakan mendapat porsi sudut pandang masing-masing. Saya merasa konflik novel ini terselubung. Saya benar-benar dibuat bertanya-tanya sekaligus merinding, bahkan sampai akhir cerita saya masih bingung. Tapi, saat ini saya baru sadar siapa Shimatama-san dan apa yang terjadi pada Toshiaki ataukah mungkin Akiyoshi-sensei menginginkan kita untuk menentukan bagaimana akhir dari kisah ini berdasarkan pandangan kita?
Mereka benar tapi juga salah disaat yang bersamaan. Novel ini berisi tentang egoisme yang membuat saya muak. Pada akhir cerita, saya ingin sekali berkata kasar jika saya tidak ingat sedang di rumah sakit. Novel ini merupakan novel gelap Akiyoshi-sensei. Setelah beberapa bulan berfikir, saya sekarang yakin dan saya merasa senang memikirkan hal ini. Ini bukanlah seperti Holy Mother, tapi lebih seperti Girls in The Dark. Novel yang kegelapannya bisa membuat saya bergidik ngeri, novel ini luar biasa karena saya benar-benar dibuat berikir. Kata terakhir untuk novel ini adalah lingkaran ular yang tidak pernah putus.
"Salju itu ganas, juga liar, seperti monster putih yang selalu menyorotkan mata peraknya yang berkilat-kilat, memuntahkan amarah seolah hendak membekukan dan menggerogoti jiwa."
Halaman 5
2 komentar
Halo, saya penasaran, jadi sebenarnya simatama-san itu siapa dan bagaimana nasib toshiaki? Saya sudah berulang ulang berfikir tapi masih belum mengerti juga 😂
BalasHapushalo terima kasih sudah mampir disini titan titan. Jadi, saya awalnya juga sama sekali tidak paham tapi setelah merenung selama seminggu hahaha yang dapat saya pahami dari sosok Shimatama-san itu sebenarnya adalah sosok dewa yang dibuat oleh warga pulau dengan maksud "melindungi" gadis pulau. Wujud asli "Shimatama-san" adalah bentuk dari keegoisan penduduk pulau belaka. Sedangkan nasib Toshiaki sudah disebutkan pada bagian akhir kisah Miyuki bahwa Miyuki menemukan hp Toshiaki diantara timbunan salju dan sebuah kabar bahwa Toshiaki tidak pernah kembali ke Tokyo yang artinya Toshiaki dibunuh oleh "Shimatama-san".
BalasHapus