(Review) The Girl Called Feeling

by - Desember 27, 2019


Judul Asli: 有個女孩叫Feeling (Yǒu gè nǚhái jiào Feeling)
Judul Terjemahan: The Girl Called Feeling
Penulis: Neal Wu
Genre: Romance
Jenis: Mandarin Novel
Penerbit: Penerbit Haru
ISBN: 978-602-6682-59-8
Ukuran: 14x20 cm
Tebal: 230 Halaman
Cetakan ke: 1
Terbit: Desember 2019
Harga: Rp 97.000,00
Rating: 4 of 5


        Konbanwa mina-san, hari ini salah satu novel Mandarin dari Penerbit Haru sampai kepada saya, tepat tanggal 26 Desember 2019. Novel ini merupakan novel karya Neal Wu. Beliau adalah salah satu penulis dengan kisah cinta yang sedih, katanya setelah patah hati akhirnya beliau menuliskan novel-novelnya. Novel ini berjudul The Girl Called Feeling. Mari dari pada berlama-lama kita mulai saja reviewnya.

Blurb
Rambutmu sangat indah.
P.S: Bolehkah aku tahu namamu?
Dari Pria yang duduk di belakangmu.

Xiang Pu bertemu Feeling, cinta pertamanya, di sebuah 
bimbingan belajar. Sekian lama Xiang Pu menyimpan
perasaan pada gadis itu. Dia mengetahui semua cara pendekatan
agar gadis itu mengetahui perasaannya. Sayangnya, kisah 
mereka kemudian terhalang jarak, kesibukan, bahkan orang
baru yang hadir kemudian.

Akankah kisah mereka bisa berakhir bahagia layaknya dua
sejoli dalam kisah romansa?

Review
       Menurut saya cover yang digunakan untuk novel ini sangat menarik. Pada bagian depan, nampak seorang laki-laki yang duduk di samping jendela, sedangkan bagian cover belakang tampak seorang gadis yang rambutnya dikepang duduk di samping jendela. Ditambah dengan pohon sakura berwarna merah muda, yang terlihat manis. Terlepas dari itu semua pemilihan warna backround ungu dan magenta yang semakin menekankan kesan romantis. Untuk pemilihan font judul juga nampak serasi dengan cover serta pemilihan warna font judul yang gelap sehingga tidak bertabrakan dengan cover.

       Sesuai dengan blurb yang dapat dibaca pada cover belakang buku, novel romance ini menceritakan tokoh Xiang Pu dan Feeling sebagai tokoh utama. Mereka berkenalan di sebuah bimbingan belajar. Pada bagian dalam novel terdapat prolog dan epilog, yang membuat berbeda adalah penulis dalam prolognya seperti menyatakan bahwa semua tokoh dalam novel ini nyata. Tema yang diangkat adalah romansa, persahabatan dan keberanian. Alur yang terdapat dalam novel ini adalah maju-mundur. Latar cerita berkisar antara tahun 1995-2001 sehingga kita bisa membayangkan bagaimana pentingnya surat, pesawat telepon dan masa awal munculnya handphone. 

       Karakter atau penokohan dalam novel ini menarik karena bagi saya tidak ada karakter antagonis. Setiap karakter dibangun dengan sangat baik dan jelas, tidak memiliki karakter yang ambigu atau mengambang. Xiang Pu, Feeling, Zhao Yi, dan Zi Yun memiliki karakter yang menarik. Kesan persahabatan antar laki-laki yang dalam dapat saya rasakan dari hubungan antara Xiang Pu dan Zi Yun. Karakter yang paling saya sukai adalah Zi Yun, bagaimana dia dapat membangun suasana ceria disetiap cerita. Suasana terasa ringan diawal dan perlahan berat. Sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang pertama, dari Xiang Pu sehingga kita dapat memahami perasaan Xiang Pu dan dilemanya selain itu kita juga dapat mengetahui seberapa Xiang Pu menjadi budak cinta Feeling serta sikap Feeling yang jual mahal. Amanat yang dapat saya petik juga nampak sangat jelas. 

       Manfaat yang saya dapatkan setelah membaca novel ini adalah saya jadi lebih mengerti tentang pentingnya persahabatan, bahwa hidup tidak selalu sesuai dengan yang kita inginkan dan betapa pentingnya sebuah keberanian serta keikhlasan. Saya rasa cerita ini sangat realistis sehingga hampir membuat saya percaya bahwa kisah ini memang benar terjadi, atau memang benar (?) Pada bagian epilog terdapat pengakuan penulis tentang pertanyaan cerita ini yang membuat saya berfikir bahwa ini terlalu realistis untuk menjadi sebuah novel fiksi itu terjawab. Untuk ending novel ini, saya rasa kalimat ungkapan jangan nilai buku dari sampulnya itu benar. Jadi, untuk lebih jelasnya silahkan baca sendiri.

       Untuk ukuran novel mandarin setebal 230 halaman, harga Rp 97.000,00 cukup murah terutama untuk penikmat karya romance. Namun untuk kalian yang mengharapkan rasa manis, saya harap silahkan berfikir dua kali. Karena novel ini adalah novel bitter sweet bagi saya. Novel ini nampaknya seperti sebuah kisah nyata jadi, saya rasa harga sekian cukup murah untuk pengalaman yang didapat. Untuk kalian pecinta novel romance realistis dan ingin mengenang seberapa bucinnya kalian, silahkan membeli novel ini. Akhir kata, terima kasih telah membaca review saya, mina-san. Terima kasih juga telah mengunjungi blog saya. Mohon maaf jika review saya terlalu membosankan dan singkat. Hontou ni arigatou gozaimasu, mata ashita ne~

"Dear Zheng, Sebenarnya aku bisa mencoba untuk menyukai Garfield. Selamat Ulang Tahun. Dari Wuzhuqian, 13/4/1996" Halaman 95

You May Also Like

2 komentar

  1. Terima kasih sudah membaca dan mengulas The Girl Called Feeling :).
    Senang menemukan ada yang menikmati kisah Xiang Pu, Feeling, dan Zi Yun seperti saya :).
    Yup, saya juga merasa kalau cerita ini terlalu realistis untuk sebuah novel fiksi hahaha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih juga karena telah membaca review saya. Saya sangat menikmatinya :) hahaha, sangat realistisnya sampai membuat bimbang :D

      Hapus