(Review) Memory of Glass

by - Desember 15, 2019


Judul Asli: ガラスの殺意 (Glass no Satsui)
Judul Terjemahan: Memory of Glass
Penulis: Akiyoshi Rikako
Genre: Mystery, Romance
Jenis: Japanese Literature
Penerbit: Penerbit Haru
ISBN: 978-623-7351-21-4
Ukuran: 13x19 cm
Tebal: 360 Halaman
Cetakan ke: 1
Terbit: November 2019
Harga: Rp 97.000,00
Rating: 5 of 5



       Konichiwa mina-san, hisashiburi. Saya akan mereview buku misteri favorit saya. Sebenarnya buku ini sudah lama saya dapatkan, namun baru saja dapat saya review karena kesibukan saya. Novel ini merupakan novel karya Akiyoshi Rikako-sensei author yang menurut saya Master of Plot twist dan author dari banyak buku yang auto buy. Sensei sudah menghasilkan banyak karya yang tidak pernah mengecewakan dan membuat saya menahan nafas. Judul aslinya adalah Garasu no Satsui namun diberi judul terjemahan Memory of Glass. Uniknya keduanya memiliki arti yang berbeda. Mari kita mulai reviewnya.

Blurb:
Polisi bilang,
aku melaporkan diriku sendiri.
Kata mereka, aku membunuh seorang pria.
Hanya saja... aku tidak ingat.
Aku tidak ingat pernah melapor,
apalagi membunuh orang.

Sebenarnya, apa yang terjadi?

Review:
       Seperti biasa, novel Akiyoshi-sensei selalu memiliki latar hitam dan bagian yang paling menghentak adalah desain kaca yang dipecahkan oleh pisau. Karakter yang digambarkan disana, saya rasa adalah tokoh utama. Desain untuk judulnya saya rasa sedikit mati karena background yang heboh. Perbedaannya pada cover belakang seperti ada goresan kapur yang berbeda dari desain lainnya, sampai saya kira bahwa novel saya lecet. Saya rasa pisau yang dibawa adalah "hint" untuk kasus ini. Selain itu cover gadis yang merupakan tokoh utama ini tidaklah mengerikan. Padahal harusnya tokoh utamanya adalah wanita berusia 40 tahun, namun mengapa tokoh yang di cover terasa muda?

       Tema yang diangkat sangat menarik karena kisah yang diambil tentang gangguan fungsi eksekutif otak dan dementia tipe alzheimer dan bagaimana rasanya merawat orang sakit. Saya cukup tertarik oleh alur cerita yang dari awal sudah semakin berat. Karakter tokoh yang dibangun sangat kuat sehingga membuat saya paham akan sifat dari masing-masing karakter. Suasana yang dibangun juga sangat bagus. Suasana yang mencekam dan terasa berat di awal, rasanya seperti naik roller coaster dari ketinggian. Cerita yang disajikan juga tidak monoton dan membuat kita semakin bertanya-tanya tentang apa yang dipikirkan oleh tokoh utama. Bagaimana seseorang yang memiliki gangguan ingatan menjalani kehidupan. Sudut pandang yang digunakan terdapat dua tokoh yaitu Kashihara Mayuko dan Kiritani Yuka yang menjalani kehidupan yang hampir sama namun memilih jalan yang berbeda. Dari sini kita dapat memahami dua sudut pandang, yaitu sebagai penderita dan sebagai orang yang merawat sehingga kita dapat menilai para tokoh secara objektif. Amanat yang disampaikan sensei juga sangat jelas dan mudah dipahami karena diulang beberapa kali, seolah sensei ingin menanamkan pemikiran itu kepada kita.

       Isi cerita yang menarik untuk diikuti karena bagi saya kisah ini sangat tidak biasa. Unsur gore juga terasa pada bagian akhir. Menimbulkan kesan sadis yang cukup ngilu, meskipun tidak se-gore Holy Mother. Membicarakan Akiyoshi-sensei tentu saja tidak akan lengkap tanpa plot twistnya. Kali ini plot twist yang dihadirkan benar-benar mengejutkan. Jujur saja saya sempat terbengong-bengong. Saya berpikir, bagaimana bisa? mengapa? dan mana mungkin? Tapi saya telah menyadari bahwa ternyata Akiyoshi-sensei sudah memberikan clue yang besar, namun terlewat begitu saja seolah sensei menyatakan bahwa tidak ada tokoh yang sia-sia dalam setiap novelnya. Salah satu bagian yang paling menarik lagi adalah endingnya. Bagi saya endingnya sangat manis, sedih dan menyentuh diwaktu yang sama. Ini adalah tipe novel yang saya suka. Tokoh yang paling saya sukai disini adalah tokoh yang tidak bisa saya sebutkan karena akan menjadi spoiler.

       Ini bukan pertama kalinya sensei mencoba menggabungkan genre mystery dan romance. Sebelumnya juga ada novel The Dead Return, Scheduled Suicide Day, Giselle dan Silence. Memory of Glass ini merupakan versi lain dari Silence. Menurut saya unik sekali bagaimana sensei membuat lawan dari karyanya. Saya rasa novel ini menjadi novel favorit saya setelah ini. Saya suka dengan perasaan after reading buku ini. Sayangnya, saya masih ingin mengerti kelanjutan dari kisah Yuka, namun harus berhenti sampai disini. Saya juga mengharapkan kebahagiaan bagi Mayuko, namun saya rasa jika ending berubah, maka saya tidak akan mendapat sensasi yang unik seperti ini setelah membacanya.

       Novel ini merupakan novel Akiyoshi-sensei ke delapan yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Penerbit Haru dan tidak pernah sedikitpun mengecewakan dari segi penataan bahasa. Saya suka bahasanya yang ringan dan mengalir. Novel ini merupakan novel dewasa dengan rate 17+. Harga yang dibandrol pun cukup terjangkau dengan buku yang tebal serta kisah unik yang diangkat, saya rasa tidak percuma membelinya. Untuk pecinta novel misteri, novel sensei ini merupakan novel yang paling direkomendasikan. Untuk kalian yang penasaran dengan sub-genre Iya-misu, Akiyoshi-sensei menjadi author yang tepat untuk kalian. Sekian review kali ini mina-san. Gomen review kali ini terlalu singkat. Kita akan bertemu di review selanjutnya, mata ashita~

Hasrat itu tembus pandang seperti kaca, hanya meneruskan keheningannya. Halaman 202

You May Also Like

6 komentar

  1. Makasih reviewnya kak, aku suka sama review-review kakak.
    Girs in the Dark sama Absolute Justice adalah buku yang membuat aku jatuh cinta sama karya dari Akiyoshi Rikako, tapi sayang aku belum bisa baca semua karyanya karena aku masih harus fokus belajar sama orang tua ☺
    Semangat terus ya kak, aku tunggu review kakak yang lainnya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Adindahd terima kasih banyak atas dukungannya🙇🏻‍♀️
      Semoga sukses dan dapat menjadi apa yang kamu cita-citakan. Lakukan apa yang menurutmu penting untuk saat ini dan lakukan hal yang tidak akan membuatmu menyesal. Adindahd juga harus selalu semangat. Sekali lagi terima kasih banyak atas dukungannya 🙇🏻‍♀️

      Hapus
  2. Aku setuju karya ini sangat epic. Belum lagi penempatan alurnya rapih banget meski harus sabar kapan konfliknya muncul

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar sekali, alurnya cukup lambat tapi tetap menarik untuk diikuti.

      Hapus
  3. Keren banget Kak, semakin penasaran saya😭😭😭 Terima kasih review-nya Kak😳

    BalasHapus
    Balasan
    1. Konbanwa kak Cinuka. Terima kasih atas komentarnya.

      Wah terima kasih banyak kak, kakak terlalu memuji. Saya masih amatir kak 😄Terima kasih kembali kak, semoga review saya membantu kakak 🙇🏻‍♀️

      Hapus