(Review) Anak yang Memendam Amarah
Judul Asli: 죽이고 싶은 아이 (jug-igo sip-eun ai)
Judul Terjemahan: Anak yang Memendam Amarah
Penulis: Lee Kkoch-Nim
Alih Bahasa: lingliana
Editor: Juliana Tan
Ilustrasi Sampul: Martin Dima
Genre: Drama, Mystery
Jenis: Korea Literature
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 9786020672311
Ukuran: 14x20 cm
Tebal: 194 Halaman
Cetakan ke: 1
Terbit: 2023
Harga: Rp 69.000,00
Rating: 4 of 5
Konichiwa mina-san, saya akan kembali mereview novel misteri korea karya Lee Kkoch-Nim, tentu saja novel ini merupakan novel Korea. Sebenarnya banyak whistlist yang belum saya sempat baca mina-san. Tapi, mari kita review satu persatu secara perlahan. Mari kita mulai mina-san.
Blurb:
"Fakta tidak penting. Yang penting orang-orang percaya."
Ini adalah kisah tentang kebenaran semu dan keyakinan palsu.
Ji Ju-yeon dan Park Seo-eun bersahabat. Suatu hari, setelah
bertengkar hebat, Seo-eun ditemukan tewas di belakang
sekolah dan Ju-yeon dituduh sebagai pembunuhnya. Namun,
entah kenapa, Ju-yeon sama sekali tidak ingat apa yang terjadi
hari itu. Apakah Ju-yeon benar-benar membunuh Seo-eun?
Orang-orang memberikan pernyataan dan kesaksian yang
bertolak belakang, yang membuat gambaran tentang Ju-yeon,
Seo-eun, dan hubungan mereka berdua ikut berubah-ubah.
Siapa yang berbicara jujur? Siapa yang berbohong?
Satu hal sudah pasti. Orang-orang hanya ingin
mendengar apa yang ingin mereka dengar dengan meyakini
apa yang ingin mereka yakini.
Review:
Kita mulai dari covernya mina-san. Cover novel ini di dominasi oleh warna merah muda, biru serta bunga-bunga putih yang manis. Terdapat ilustrasi dua anak perempuan pada novel yang menggambarkan Ji Ju-Yeon dan Seo-eun. Pemilihan font yang mudah dibaca dengan warna dasar yang tampak cocok dengan background putih sebagai latar belakang judul.
Novel Anak yang Memendam Amarah memiliki latar sekolah. Alur novel maju mundur dengan sudut pandang orang ketiga. Banyak flashback yang menggambarkan kepingan-kepingan memori Ju-yeon yang hilang. Tiap karakter diceritakan dengan hati-hati. Kita bisa merasakan emosi dari Ju-yeon serta pandangan-pandangan orang lain tentang Ju-yeon serta Seo-eun. Kita juga bisa merasakan perkembangan Ju-yeon dan tekanan-tekanan yang dialaminya selama diinterograsi. Kita juga disuguhkan bagaimana tokoh Ju-yeon dididik hingga membentuk dirinya sekarang. Sedangkan Seo-eun digambarkan secara berubah-ubah karena diceritakan melalui sudut pandang orang lain. Amanat dari cerita ini seperti yang sudah disampaikan di blurb yaitu manusia hanya mendengar dan meyakini apa yang ingin mereka yakini.
Jangan menilai buku dari sampulnya. Saya rasa pepatah itu cocok untuk novel ini. Novel dengan cover manis ini sebenarnya memiliki cerita yang cukup gelap dan berat, sangat kontras dengan covernya. Kita digiring melalui opini dari saksi, guru dan teman-teman Ju-yeon serta Seo-eun untuk menggambarkan seperti apa mereka di masa lalu sebelum pembunuhan terjadi. Penulis secara berhati-hati menggambarkan emosi masing-masing karakter sampai tanpa sadar membuat kita hanyut dan masuk ke dalam cerita. Novel ini cukup menyentil aparat penegak hukum, hakim, pengacara serta wartawan. Dari sudut pandang orang ketiga serba tahu, kita digiring untuk membenci Ju-yeon, namun juga merasa iba di saat yang sama seperti bermain rollercoaster. Namun yang paling mengejutkan adalah plot twist di dalamnya yang cukup membuat saya bergidik dan mual. Akhir dari novel ini tanpa sadar membuat saya berpikir, ya memang begitulah manusia.
Secara keseluruhan novel ini sangat luar biasa, mulai dari cover yang menipu. Cerita yang berat dan menyentil meskipun latarnya adalah sekolah. Novel ini mampu menyinggung berbagai pihak disaat bersamaan. Sentilan-sentilan itu pada akhirnya menunjukkan bahwa kita tidak jauh berbeda dari mereka. Novel ini sangat saya rekomendasikan untuk kalian yang menyukai cerita misteri yang mindblowing dengan sentilan dan sindiran. Untuk novel seharga Rp 69.000,00 saya rasa novel ini sangat murah, tidak sebanding dengan pengalaman membaca yang kita dapatkan.
"...Sepertinya aku yang membunuhnya." Halaman 123
0 komentar