(Review) Giselle
Judul Asli: ジセル(Giselle)
Judul Terjemahan: Giselle
Penulis: Akiyoshi Rikako
Genre: Mystery
Jenis: Japanese Literature
Penerbit: Penerbit Haru
ISBN: 978-602-52972-9-8
Ukuran: 13x19 cm
Tebal: 400 Halaman
ISBN: 978-602-52972-9-8
Ukuran: 13x19 cm
Tebal: 400 Halaman
Cetakan ke: 1
Terbit: Maret 2019
Harga: Rp 91.000,00
Rating: 5 of 5
Rating: 5 of 5
Yo mina-san, apa kabar? Kali ini saya akan mereview novel misteri Akiyoshi Rikako yang berjudul Giselle. Jujur saya, waktu membeli novel ini saya merasa putus asa karena saya telat mengikuti Preorder yang memiliki bonus tanda tangan Akiyoshi-sensei, tapi ya sudah lah. Kemudian, saya sadar bahwa ada kalanya harapan bisa menjadi kenyataan. Terlepas dari iming-iming bonus preorder, saya merasa bahwa novel Giselle ini benar-benar membuat saya penasaran dan saya menaruh harapan tinggi terhadap novel ini. Mari kita buktikan melalui review kali ini.
Blurb:
Lima belas tahun yang lalu, prima balerina Himemiya Mayumi tidak sengaja menusuk dirinya sendiri hingga mati dalam usahanya menyerang Kurebayashi Reina, saat balet "Giselle" ditampilkan. "Giselle" pun menjadi judul terlarang dalam Tokyo Grand Ballet.
Lima belas tahun kemudian, sebagai perayaan ulang tahun Tokyo Grand Ballet, "Giselle" diputuskan untuk ditampilkan kembali.
Akan tetapi, saat mereka mulai mempersiapkan pertunjukan, arwah Mayumi kembali muncul. Berbagai kecelakaan dan kejadian naas pun terjadi beruntun.
Sebenarnya mengapa arah Mayumi kembali?
Apa yang sebenarnya terjadi lima belas tahun silam?
Review:
Seperti biasa, buku Akiyoshi-sensei cetakan lama selalu memiliki warna dominan hitam yang membuat misteri terasa kental. Karakter yang ditampilkan dengan pakaian putih seperti pengantin yang menurut perkiraan awal saya adalah sosok Himemiya Mayumi nampak cukup misterius dan terkesan horor. Sorot mata dan ekspresi yang coba digambarkan oleh designer memberikan efek novel misteri yang sangat kuat dan cukup menakutkan saat dibaca malam hari. Tapi, jika kalian perhatikan tokoh dalam cover Giselle memegang bunga yang sama seperti Noriko dalam Absolute Justice (Kalian bisa membaca reviewnya di blog ini.). Saya penasaran, apakah Giselle akan seperti Absolute Justice? Apakah bunga itu adalah "hint" yang coba disampaikan oleh designer?
Isi cerita Akiyoshi-sensei selalu menarik untuk diikuti. Novel ini dibuka dengan potongan adegan dalam drama balet Giselle. Novel Giselle mengambil sudut pandang orang ketiga serba tahu. Jadi, penulis mendeskripsikan apa saja yang terjadi dalam ceritanya. Suasana yang dapat saya rasakan tentu saja depresi, mencekam dan penuh dengan aura negatif, rasa iri, dan dendam, tapi Akioshi-sensei menyisipkan sedikit suasana hangat persahabatan dan kisah cinta yang menarik tanpa mengurangi esensi misterinya. Perkembangan tiap karakter yang sangat bagus, saya bisa merasakan masing-masing emosi yang dimiliki oleh karakternya. Kisah ini menurut saya adalah konsep Absolute Justice tanpa tokoh utama yang menyebalkan, kurang lebih inilah yang saya rasakan.
Uniknya, sensei selalu berhasil membuat saya menangkap amanat yang berusaha beliau sampaikan. Tentu saja bagian yang tidak bisa dilepaskan dari karya Akiyoshi-sensei adalah plot twist. Ketika membaca karya sensei, saya menaruh curiga kepada semua tokoh dan saya menikmati ketika dugaan saya tersebut dibantah dengan logis. Tapi hal menarik yang membuat saya tersenyum bodoh adalah pada bagian "Tirai diturunkan" menurut saya, itu adalah salah satu plot twist terbaik yang membuat saya dipermainkan oleh tokoh beliau. Sungguh menyebalkan dan sekaligus menyenangkan, membuat saya menyunggingkan senyum bodoh saya. Uniknya adalah "hint" yang telah saya sebutkan yaitu bunga yang dipegang oleh tokoh di cover Giselle tidak ada hubungannya dengan Absolute Justice, dan tokoh dalam cover itu bukanlah Himemiya Mayumi, kalian akan mengetahuinya setelah membaca novelnya.
Secara garis besar, baik dari segi cover, alur, isi cerita, suasana maupun akhir cerita, novel ini sangat bagus dan mampu menghapus dahaga kalian akan kisah misteri, terlebih lagi novel ini kental dengan unsur Perancis dan membuat saya sedikit lupa bahwa latar novel ini adalah Jepang. Kita disuguhkan dengan teknik balet, masakan Perancis, tokoh balet, musik era klasik serta judul pertunjukan balet yang menambah wawasan kita. Novel Akiyoshi-sensei The Dead Return adalah favorit saya dan saya rasa Giselle juga merupakan favorit saya setelah dari sekian banyaknya novel beliau yang diterjemahkan. Saya tidak pernah kecewa dan tidak pernah merasa bosan untuk membaca karya Akiyoshi-sensei. Sekian review kali ini, mata ashita nee~
"Seandainya pada saat ini aku bisa berkarya bersama Chanel, Jean Cocteau, Picasso dan juga Da Vinci... tidak diragukan lagi, aku pasti akan langsung menjual jiwa ini kepada iblis." Halaman 108
0 komentar