(Review) Sengkarut
Judul: Sengkarut
Isi: Ame Choko no Tenshi (Ogawa Mimei, 1923)
Lemon (Kaiji Motojiro, 1925)
Dokugusha (Edogawa Ranpo,1926)
Sakura no Ki no shita ni wa (Kaiji Motojiro,1928)
Hen na Oto (Natsume Soseki,1911)
Ningen Isu (Edogawa Ranpo, 1925)
Penerjemah: Asri Pratiwi Wulandari, ArmaniaBawon Kresnamurti, Mega Dian P
Penunting: Ribeka Ota, Yoana Dianika
Penyelaras Aksara: Andry Setiawan
Desainer sampul: @sukutangan
Kaligrafi: Rieko Kawai
Jenis: Kumpulan Cerpen Klasik Jepang
Penerjemah:
Penerbit: Penerbit Mai
ISBN: 978-623-7351-59-7
Ukuran: 13x19 cm
ISBN: 978-623-7351-59-7
Ukuran: 13x19 cm
Tebal: 100 Halaman
Cetakan ke: 1
Terbit: November 2020
Terbit: November 2020
Harga: Rp 52.000,00
Rating: 4 of 5
Rating: 4 of 5
Konichiwa mina-san, apa kabar? Kali ini saya akan mereview sebuah kumpulan cerpen yang tidak biasa. Lebih tepatnya adalah kumpulan cerpen klasik Jepang. Kumpulan cerpen ini berisi 6 judul cerpen terkenal dari penulis sastra klasik kenamaan di Jepang. Langsung kita mulai reviewnya.
Blurb
Sengkarut adalah sekumpulan cerita pendek karya
penulis-penulis besar Jepang pada masanya,
mulai dari cerita yang membuai hingga mencekam.
"Malaikat Permen Cokelat" karya Ogawa Minmei mengajakmu ke
dalam perjalanan manis dan pahit sesosok malaikat
di bungkus permen cokelat.
"Suara Misterius" karya Natsume Soseki memperkenalkanmu kepada
seorang laki-laki yang mendengar suara aneh kala di rawat di rumah sakit.
'' Kursi Manusia" dan "Rumput Racun" karya Edogawa Ranpo akan
membawamu ke dunia yang menyesatkan.
Kaiji Motojiro, sang penulis cerpenis puitis, mungkin akan membujukmu menaruh
"Lemon" di tumpukan buku, juga menggali tragedi di bawah
keindahan pohon sakura lewat "Di Bawah Pohon Sakura".
Enam karya, empat penulis besar.
Selamat datang di dunia serba sengkarut.
Review
Saya sangat suka bagian cover yang memiliki warna latar biru kehitaman dan dipadukan dengan beberapa warna khas Jepang yang sudah dijelaskan saat pemilihan warna di Instagram Penerbit Mai. Cover kumpulan cerpen ini nampak sangat ramai dan tentu saja ada beberapa ilustrasi yang menggambarkan isi dari kumpulan cerpen. Meskipun ramai, namun tidak mengganggu mata.
Malaikat Permen Cokelat lebih terasa seperti cerpen untuk anak-anak dan merupakan pilihan yang tepat untuk membuka kumpulan cerpen ini. Selain karena bahasanya yang sederhana dan terjemahannya yang bagus, Malaikat Permen Cokelat mengantarkan imajinasi kita kembali ke masa kecil. Mengambil sosok Malaikat pada bungkus permen cokelat sebagai karakter utama dengan sudut pandang orang ketiga serba tahu.
Lemon, pada bagian cerpen ini cerita mulai terasa berbeda. Tema yang diangkat pun terasa berbeda dari Malaikat Permen Cokelat. Lemon lebih terasa dewasa karena menggambarkan tentang pencarian suatu hal. Lemon mengajak kita berpikir dan menginterpretasikan sesuatu. Sangat menyenangkan dibaca karena menggunakan sudut pandang orang pertama pelaku utama.
Rumput Racun, pada cerpen ini Edogawa Ranpo mengajak kita untuk mengintip masalah yang ada di Jepang pada masa lampau dan digambarkan dengan sangat baik. Pertama kalinya saya membaca karya beliau, tidak terlalu misterius namun memberikan rasa seram yang luar biasa. Apalagi penggunaan sudut pandang orang pertama pelaku utama memberikan kesan yang sangat mengerikan bagi saya.
Di Bawah Pohon Sakura, awalnya saya kira bahwa ini merupakan cerpen. Namun ternyata Di Bawah Pohon Sakura bukan hanya cerpen, namun juga seperti puisi. Pemilihan bahasa yang indah dan terasa lembut namun semakin lama semakin seram. Sangat cocok digunakan untuk membangun suasana menuju ke bagian belakang kumpulan cerpen.
Bunyi Misterius memberikan kesan yang unik karena setelah dihadapkan Di Bawah Pohon Sakura, rasanya cerpen Bunyi Misterius tidak memberikan kesan yang cukup wah bagi saya. Namun setelah membaca cerpen Bunyi Misterius, kita akan mempelajari satu hal penting yaitu kehidupan manusia pasti berakhir.
Kursi Manusia, salah satu karya Edogawa Ranpo yang diterjemahkan di kumpulan cerpen ini dan satu kata untuk judul ini adalah Gila. Edogawa Ranpo sangat pandai dalam memilih sudut pandang yang digunakan kadang berpindah dari orang ketiga serba tahu dan tiba-tiba menjadi orang pertama. Cerpen ini sangat cocok diletakkan di bagian akhir kumpulan cerpen karena jujur saja, saya merasa sangat ngeri ketika membacanya. Salah satu karya yang berhasil membuat saya merinding. Edogawa Ranpo sangat berhasil membuat saya paranoid.
Untuk mina-san yang ingin membaca cerita sastra klasik Jepang, saya sarankan untuk membeli kumpulan cerpen ini. Kumpulan cerpen ini merupakan karya dari penulis Jepang ternama pada masanya dan sangat legendaris. Minaa-san tidak akan menyesal membacanya. Mina-san yang suka dengan kebudayaan Jepang, saya anjurkan untuk membeli kumpulan cerpen ini. Buku ini bisa dibaca sekali duduk dan mina-san tidak akan bisa berhenti sebelum selesai. Kumpulan cerpen ini dapat dibeli di toko buku online maupun offline seharga Rp 52.000,00 sangat murah untuk sebuah kumpulan cerpen yang merupakan karya dari penulis kenamaan. Sekian review singkat dari saya. Semoga membantu mina-san. Mata Ashita ne~
0 komentar