(Review) The Wind Leading to Love

by - Mei 22, 2019


Judul Asli: 風街の人(Kazemachi no Hito)
Judul Terjemahan: The Wind Leading to Love
Penulis: Ibuki Yuki
Genre: Romance, Drama
Jenis: Japanese Literature
Penerbit: Penerbit Haru
ISBN: 978-602-7742-47-5
Ukuran: 14x20 cm
Tebal: 342 Halaman
Cetakan ke: 1
Terbit: Februari 2015
Harga: Rp 67.000,00
Rating: 4 of 5


       Hisashiburi mina-san. Hari ini saya akan mereview novel yang memang telah lama ingin saya baca. Sebenarnya saat ini saya sedang tidak terlalu menyukai romance tapi saya akan mencobanya. Novel yang akan direview kali ini adalah Kazemachi no Hito atau The ind Leading to Love terjemahan Penerbit Haru yang diterbitkan pada tahun 2015. Memang novel ini merupakan novel lama. Novel ini saya dapatkan setelah mengikuti promo ramadhan. Mari kita mulai reviewnya mina-san

BLURB:
Rasa sakit itu merupakan bukti kalau kita masih hidup.

Suga Tetsuji depresi.
Menuruti saran dokter, dia mengasingkan diri
di sebuah kota pesisir, di sebuah rumah peninggalan ibunya.
Namun, yang menantinya bukanlah ketenangan,
tapi seorang wanita yang banyak omong dan 
suka ikut campur bernama Fukui Kimiko.

Fukui Kimiko kehilangan anak dan suaminya,
dan menyalahkan dirinya sendiri
sebagai penyebab kematian mereka berdua.
Dia menganggap dirinya tidak pantas untuk berbahagia.

Setelah menyelamatkan Tetsuji yang nyaris tenggelam, 
Kimiko menawarkan bantuan pada pria itu
untuk membereskan rumah peninggalan ibunya
agar layak jual. Sebagai gantinya, wanita itu meminta
Tetsuji mengajarinya musik klasik, dunia yang disukai anaknya.

Mereka berdua semakin dekat, tapi...

Review:
       Dari segi desain cover, novel The ind Leading to Love memiliki warna latar background putih. Terdapat gambaran tentang Kota Miwashi yang dekat dengan laut, beberapa piringan hitam musik klasik, bunga camelia dan timun suri yang ternyata disebutkan beberapa kali dalam cerita. Font dan warna font yaitu warna merah sangat terlihat cocok dan tidak mengganggu mata. Item-item tersebut terlihat menyatu dengan background sehingga terlihat manis.

       Berdasarkan blurb kita dapat mengetahui keadaan mental dari masing-masing karakter utama yaitu Suga Tetsuji dan Fukui Kimiko. Selain itu, kita juga diberikan petunjuk bagaimana Suga Tetsuji dan Fukui Kimiko dapat berhubungan. Jika diperhatikan, tokoh dalam cerita ini seperti nya merupakan orang paruh baya. Pada bagian blurb juga diketahui bahwa sepertinya masalah akan muncul setelah Suga-san dan Fukui-san semakin dekat. Tentu saja ini membangkitkan rasa penasaran akan konflik yang disajikan. 

       Cerita yang disajikan dalam The Wind Leading to Love merupakan cerita dengan tema romance dan drama yang sangat kuat dan saya pribadi kurang cocok karena unsur drama yang terlalu berat bagi saya. Alur yang diceritakan merupakan alur maju dengan sudut pandang orang ketiga serba tahu. Ibuki-sensei mendeskripsikan kisah Kimiko dan Tetsuji dengan perlahan sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai bagian konflik. Setiap tokoh yang disajikan dalam cerita memiliki porsi masing-masing yang setara.P engembangan tokoh utama terasa sangat baik dan jelas karena Ibuki-sensei menceritakan cerita secara perlahan sehingga kita dapat mengetahui perkembangan perubahan masing-masing karakter seperti Tetsuji yang depresi dan berpendidikan tinggi dan Kimiko yang ceria namun berpendidikan rendah. Konflik di dalam cerita digambarkan dengan sangat realistis dan dekat dengan dunia orang dewasa. 

       Saya merasa sedikit banyak dapat menikmati novel ini meskipun novel ini lambat. Saya sangat menyukai bagaimana Ibuki-sensei mendeskripsikan perasaan masing-masing karakter seperti depresi, sedih maupun bahagia, semua terasa begitu realistis. Ibuki-sensei juga dapat dengan baik menggambarkan Kota Miwashi yang membuat saya merasa seperti berada di sana. Beliau menggambarkannya dengan cantik dan sempurna sehingga saya juga dapat membayangkan dengan jelas bagaimana rumah ibu Tetsuji yang indah. Keindahan kota Miwashi maupun Rumah Semenanjung berhasil digambarkan dengan baik oleh beliau. Selain keindahan kota Miwashi, novel ini juga menyebutkan beberapa musik klasik maupun Opera yang untuk orang awam dapat dijadikan sebuah tambahan pengetahuan. 

     Amanat yang berusaha disampaikan Ibuki Yuki-sensei dalam ceritanya juga sangat banyak sehingga tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Pada setiap bagian cerita memiliki amanat yang dalam tentang kehidupan dan cinta. Jika novel ini dibaca oleh orang berusia sekitar 20-an mungkin akan lebih terasa seperti dari novel The ind Leading to Love, Ibuki-sensei seperti memberikan nasihat untuk kehidupan masa tua yang memang belum pernah dirasakan mengenai keluarga, karir, kasih sayang dan pentingnya kehidupan sosial, masih banyak hal yang dapat dipelajari dari novel ini. Sayangnya, saya tidak merekomendasikan novel ini untuk kalian yang berada di bawah 17 tahun karena mungkin akan ada beberapa hal yang seharusnya belum layak untuk dibaca.

       Secara keseluruhan novel ini menarik bagi saya yang menyukai suasana seperti kota Miwashi dan tidak jarang setelah membaca saya berfikir apakah kota Miwashi benar-benar ada? Jalan cerita terlalu realistis untuk saya sangkal. Menurut saya pribadi tidak ada bagian yang tidak masuk akal. Saya sangat menyukai pengembangan karakter dalam novel ini. Untuk kalian yang menyukai genre romance dengan drama yang berat, novel ini sangat saya rekomendasikan, banyak amanat yang mungkin akan membuat kalian paham terhadap arti kehidupan. Namun, sekali lagi saya tekankan untuk kalian yang akan membaca novel ini saya harapkan kalian sudah cukup umur. Akhir kata semoga review ini dapat membantu. Terima kasih telah membaca review saya yang masih buruk dan amatir ini. Arigatou, mata ashita~

Orang bilang, kebahagiaan yang sejati itu terletak di gunung yang jauh. Halaman 248

You May Also Like

0 komentar