(Review) Murder in The Crooked House
Judul Asli: Naname yashiki no hanzai (斜め屋敷の犯罪)
Judul Terjemahan: Murder in The Crooked House (Pembunuhan di Rumah Miring)
Penulis: Shimada Soji
Genre: Mystery
Jenis: Japanese Literature
Penerbit: Gramedia
ISBN: 978-602-06-3844-7
Ukuran: 14x20 cm
Tebal: 400 Halaman
Cetakan ke: 1
Terbit: Maret 2020
Harga: Rp 105.000,00
Rating: 3 of 5
Konnichiwa mina-san, apa kabar? Saya akan mereview buku terakhir yang saya baca bulan ini. Buku ini merupakan buku terjemahan lainnya dari Shimada Soji, maaf saya menulis dengan penulisan nama Jepang ya. Buku ini merupakan buku kedua karya Shimada Soji-sensei setelah The Tokyo Zodiac Murder. Dari pada semakin penasaran, mari kita mulai reviewnya mina-san.
Blurb
Rumah miring itu bertengger di tebing berselimut salju yang menghadap ke lautan es di ujung utara Jepang yang terpencil. Tempat yang aneh, tetapi di situlah sang jutawan Kozaburo Hamamoto membangunnya. Banyak labirin lantai yang miring dan tangga-tangga di tempat yang tidak biasa, juga topeng-topeng dan boneka seram seukuran manusia. Ketika seorang pria ditemukan mati dibunuh di salah satu kamar, polisi dipanggil, tapi mereka tak mampu memecahkan teka-teki itu. Lantas korban-korban lain berjatuhan.
Maka, dipanggillah Kiyoshi Mitarai, si detektif terkenal yang pernah memecahkan misteri kasus Pembunuhan Zodiak. Kalau bukan Mitarai, siapa lagi yang bisa? Tetapi mungkin Anda bisa mendahului Mitarai dalam memecahkan kasus ini? Semua petunjuknya dibeberkan dengan gamblang. Jadi, silahkan ikut mencobanya.
Review
Mari bahas dari desain covernya mina-san. Seperti yang telah saya bahas dalam Review The Tokyo Zodiac Murders, cover Murder in The Crooked House menjadi cikal bakal lahirnya cover baru The Tokyo Zodiac Murders karena jika diperhatikan cover Murder in The Crooked House memiliki pertimbangan yang lebih matang. Dilihat dari pemilihan warna biru, kuning dan hitam yang tidak mencolok mata dan blurb yang dapat dibaca jauh lebih baik dengan font putih dari The Tokyo Zodiac Murders. Hanya saja sayang sekali warna font untuk tulisan Jepang berwarna merah, sehingga cukup mengganggu. Novel ini sepertinya memang dikonsep untuk dikoleksi bersama.
Pada bagian daftar isi, kita disajikan daftar isi dalam bentuk adegan drama, sama seperti buku pendahulunya. Alur cerita ini maju, dan terasa benar-benar pelan sehingga saya cukup lelah membacanya. Sama seperti The Tokyo Zodiac Murder, buku ini memiliki ilustrasi gambar yang membantu untuk berimajinasi dan memecahkan kasus. Selain itu terdapat juga beberapa pengetahuan arsitektur dan seni di dalamnya. Saya penasaran, mungkin Shimada-sensei adalah seorang seniman? Latar cerita ini di Hokkaido, tepatnya di Wakannai, utara Jepang yang sangat dingin. Suasana dingin dideskripsikan dengan baik oleh Shimada-sensei. Suasana yang disajikan juga terkesan dingin dan misterius. Kejadian pada cerita ini terjadi di tahun 1984 yang cukup membuat saya syok dengan budaya yang ada saat itu, karena rasanya seperti menaiki mesin waktu.
Tema yang diangkat adalah Misteri, Kriminal. Sejujurnya ini adalah novel Kriminal kedua yang saya baca setelah The Tokyo Zodiac Murder, saya cukup menikmatinya dengan tidak sabar karena saya menunggu munculnya Mitarai-san. Karakter Mitarai-san disini sangat berbeda dengan The Tokyo Zodiac Murder namun tetap mengesankan. Pada buku ini Mitarai-san masih memiliki sifat gila, namun tidak segila novel sebelumnya. Bahkan sosok Ishioka-san disinipun tidak terasa sama dengan novel sebelumnya mungkin karena intensitas kemunculan mereka dikurangi. Saya menikmati setiap kasus pembunuhan yang disajikan meskipun tidak sesadis novel sebelumnya. Amanatnya adalah rasa bersalah dan kesetiakawanan dapat menjebakmu di lumpur dalam. Inilah yang saya dapatkan. Saya suka motif pembunuhan novel ini meskipun tidaklah terlalu berat. Saya pun suka bagaimana Shimada-sensei menceritakan karya seni pada ruang tengu, kengerian dari boneka golem.
Novel ini saya rekomendasikan untuk kalian pecinta genre mystery dan crime. Kalian penikmat kisah Sherlock Holmes pun dapat menikmati novel ini dengan baik. Novel ini sangat menarik untuk dibaca dan memberikan rasa penasaran sampai terbawa ke dalam mimpi. Untuk novel dengan harga Rp 105.000,00 novel ini terasa cukup menarik untuk dibaca rating usia untuk novel ini adalah 17+. Namun jika dibandingkan dengan novel sebelumnya, mungkin saya terlalu berekspektasi tinggi. Sekian review singkat dari saya. Mata Ashita ne~
"Jika ada tarian yang dapat mengalihkan kita dari kebosanan hidup, itu adalah tarian orang mati." Halaman 25
0 komentar