(Review) The Tokyo Zodiac Murders
Judul Asli: 占星術殺人事件 (Senseijutsu Satsujinjiken)
Judul Terjemahan: The Tokyo Zodiac Murders (Pembunuhan Zodiak Tokyo)
Penulis: Shimada Soji
Genre: Mystery
Jenis: Japanese Literature
Penerbit: Gramedia
ISBN: 9789792285918
Ukuran: 14x20 cm
Tebal: 360 Halaman
Cetakan ke: 5
Terbit: Maret 2020
Harga: Rp 90.000,00
Rating: 4 of 5
Konichiwa mina-san, bagaimana kabar kalian? Selama beberapa hari setelah mereview Goodbye Fairy, saya sedang mengalami gejala aneh. Jadi setiap membuka buku, tiba-tiba saya mengantuk dan ini membuat saya tidak semangat menbaca seperti biasanya. Karenanya saya menghabiskan buku yang akan saya review ini sekitar 3 hari, lebih lama dari novel lainnya. Novel yang akan saya review kali ini adalah The Tokyo Zodiac Murders. Novel ini merupakan novel lama yang akhirnya covernya dicetak ulang, mungkin ingin menyesuaikan dengan karya Soji Shimada yang baru terbit Pembunuhan di Rumah Miring. Lain kali akan saya review. Mari kita mulai mina-san.
Blurb
Pada suatu malam bersalju tahun 1936, seorang seniman dipukuli
hingga tewas di balik pintu studionya yang terkunci di Tokyo.
Polisi menemukan surat wasiat aneh yang memaparkan
rencananya untuk menciptakan Azoth "Sang wanita
sempurna" dari potongan-potongan tubuh wanita muda
kerabatnya. Tak lama sesudah itu, putri tertuanya dibunuh. Lalu
putri-putrinya yang lain serta keponakan-keponakan
perempuannya tiba-tiba menghilang. Satu per satu mayat mereka
yang termutilasi ditemukan, semua dikubur sesuai dengan prinsip
astrologis yang diuraikan sang seniman.
Pembantaian misterius itu mengguncang Jepang, menyibukkan
pihak berwenang dan para detektif amatir, namun tirai misteri tetap
tak terpecahkan selama lebih dari 40 tahun. Lalu pada suatu hari di
tahun 1979, sebuah dokumen diserahkan kepada Kiyoshi Mitarai,
seorang astrolog, peramal nasib, dan detektif eksentrik. Dengan
didampingi Dr. Watson versinya sendiri, seorang ilustrator dan penggemar kisah detektif, Kazumi Ishioka, dia mulai melacak jejak
pelaku Pembunuhan Zodiak Tokyo serta pencipta Azoth yang bagaikan lenyap ditelan bumi.
Kisah menarik tentang sulap dan ilusi karya salah satu pencerita misteri
terkemuka di Jepang ini disusun seperti tragedi panggung yabg megah.
Penulis melemparkan tantangan kepada pembaca untuk membongkar
misteri sebelum tirai ditutup.
Review
Cover dari novel The Tokyo Zodiac Murders yang baru memiliki latar warna merah dan tulisan warna hitam. Saya rasa secara jujur lebih menyukai cover lamanya karena jujur saya cover baru ini menyakiti mata saya ketika berusaha membaca blurbnya. Cover baru ini di desain agar sesuai untuk dikoleksi dengan novel Soji Shimada-sensei lainnya yang baru saja diterjemahkan berjudul Murder in the Crooked House yang menurut saya sayang sekali.
Alur cerita yang digunakan maju, lambat pada bagian awal namun mulai terasa seru pada bagian pertengahan. Penokohan yang dibangun dan yang paling kuat adalah Kiyoshi Mitarai dan Kazumi Ishioka yang sama-sama seorang detektif dengan sifat yang bertentangan. Tokoh lainnya hanya diceritakan melalui sebuah surat atau melalui deksripsi dari Ishioka mengingat kasus ini merupakan kasus lama yang diangkat kembali. Sudut pandang yang diambil adalah dari tokoh Kazumi Ishioka sebagai orang pertama pelaku utama. Suasana yang diciptakan oleh Soji Shimada-sensei cukup menegangkan. Sensasi gore yang cukup terasa dan membuat saya bermimpi buruk selama 2 hari berturut-turut.
Pada bagian awal cerita akan muncul surat wasiat dari Umezawa Heikichi, pada bagian surat wasiat ini kita dibeberkan beberapa alasan dan mungkin saja petunjuk terselip di dalamnya. Uniknya novel ini didesain seperti drama yang terdiri atas beberapa babak dan daftar pemeran seolah kita tengah ada dalam drama. Kita juga disuguhkan perdebatan kecil antara Mitarai dan Ishioka yang cukup lucu. Saya suka bagaimana mereka saling menyangkal teori masing-masing. Terdapat ilustrasi gambar yang disajikan oleh penulis sehingga memudahkan kita untuk ikut menebak pelaku sebenarnya. Kita juga disuguhkan pemandangan Jepang terutama kota Tokyo dan Kyoto pada masanya yang membuat saya semakin ingin ke Kyoto, buku ini juga membahas tentang alkimia, zodiak dan astrologi. Menariknya mendekati adegan terakhir, kita mendapat surat tantangan dari penulis untuk menebak siapa pembunuh sebenarnya. Saya tidak berhasil menebak namun saya menikmati teori yang disajikan oleh Mitarai.
Novel ini merupakan novel yang membuat saya kehilangan minat baca pada bagian awal karena alur yang terlalu lambat namun menyenangkan pada bagian pertengahan sehingga membuat saya tidak bisa berhenti membaca. Novel ini saya rekomendasikan untuk kalian pecinta Sherlock Holmes karena kedua tokoh ini hampir mirip seperti mereka namun berbeda interaksi antara Holmes dan Watson. Novel ini memiliki rate 17+ jadi saya harap kalian berhati-hati membacanya, untuk kalian yang di bawah umur, saya harapkan agar jangan membaca buku ini dahulu sebelum kalian cukup umur dan pemikiran kalian cukup dewasa. Untuk novel seharga Rp 90.000,00 novel ini cukup menghibur bagi saya dan cukup seru, namun sekali lagi saya begitu menyayangkan desain covernya. Sampai jumpa pada review lainnya. Mata Ashita nee~
2 komentar
bukunya seru, saya baca novelnya 16 tahun yang lalu, versi bahasa inggris, covernya putih.
BalasHapusendingnya tak terduga.udah mikir mistis mistis aja.. ternyataaa....
thanks for share, jadi inget bacaan pas kuliah dulu.
Konichiwa Suri Chan, terima kasih banyak komentarnya.
HapusSaya setuju, benar-benar diluar dugaan dan bacaan yang seru 🙇🏻♀️