(Review) Cafe Waiting Love
Judul Asli: 等一個人咖啡 (Děng yīgèrén kāfēi)
Judul Terjemahan: Cafe Waitng Love
Penulis: Giddens Ko
Penerjemah: Julianti
Penyunting: Arumdyah Tyasasu
Proofreader: Selsa Chintya
Cover Designer: Bambang "Bambi" Gunawan
Genre: Romance
Jenis: Mandarin Novel
Penerbit: Penerbit Haru
ISBN: 978-602-7742-70-3
Ukuran: 14x20 cm
Tebal: 404 Halaman
ISBN: 978-602-7742-70-3
Ukuran: 14x20 cm
Tebal: 404 Halaman
Cetakan ke: 1
Terbit: Januari 2016
Terbit: Januari 2016
Harga: Rp 76.000,00
Rating: 4 of 5
Konichiwa mina-san, kali ini saya akan mereview novel yang saya tunda baca karena tergoda novel misteri Higashino Keigo. Setelah mereview You Are The Apple of My Eye karya Giddens Ko, kali ini saya juga akan mereview novel karya Giddens Ko yang diterjemahkan dan diterbitkan oleh tim Penerbit Haru yang berjudul Cafe Waiting Love. Sebenarnya novel ini merupakan novel lama dan saya sudah sangat ingin mereview novel ini setelah direkomendasikan oleh kak book.and_nat, salah satu bookstagram. Mari kita mulai reviewnya mina-san.
Blurb
Dalam hidup ini,
ada berapa kali saat di mana jantung
berdegup dengan kencang,
dan kata-kata tidak sanggup terucap?
Aku belum pernah berpacaran,
tapi aku tahu bahwa seseorang yang percaya pada cinta,
seharusnya menghargai momen setiap kali
jantungnya berdebar,
kemudian dengan berani mengejar kali berikutnya,
kali berikutnya,
dan kali berikutnya lagi.
Di dalam sebuah cafe kecil,
setiap orang sedang menunggu seseorang.
Review
Seperti biasanya, kita membahas cover terlebih dahulu. Saya suka pemilihan warna yang di dominasi putih gading dan mint yang terlihat manis. Latar warna putih untuk covernya terlihat sangat cocok dengan warna mint. Saya juga suka ilustrasi cafe dan sepeda motor jenis lama dan mungkin hanya dimiliki orang-orang jaman dulu, selain itu terdapat ilustrasi bunga serta seseorang yang sedang menunggu. Saya juga suka pemilihan font judulnya yang sederhana, namun manis. Terdapat sebuah kutipan kata di bawah cover depan yang mempresentasikan cafe waiting love. Saya tidak terlalu mengerti tentang seni, tapi saya sangat suka dengan style gambarnya.
Novel ini memiliki alur maju. Jika tokoh utama pada You are The Apple of My Eye adalah laki-laki, Novel Cafe Waiting Love memiliki tokoh utama perempuan. Sangat unik bagaimana penulis yang seorang laki-laki menempatkan diri sebagai perempuan, terutama karena sudut pandang novel ini adalah orang pertama pelaku utama. Tema yang diangkat dalam novel ini sangat sesuai dengan judulnya, yaitu penantian. Amanat yang ada dalam novel lebih kepada setiap orang menanti sesuatu, seperti kalimat yang terdapat pada covernya. Karakter-karakter dalam novel ini memiliki sifat yang beragam dan sangat unik. Saya merasa seperti tokoh yang ada di dalam novel ini memang nyata. Setiap karakter memiliki porsi yang sama dan sama sekali tidak ada yang sia-sia. Seperti biasa, gaya penceritaan dan deskripsi dari Giddens Ko sangat luar biasa. Selain itu saya sangat menyukai terjemahannya sehingga saya bisa dengan mudah masuk ke dalam cerita.
Novel ini mengajarkan apa arti persahabatan, ketulusan, cinta dan penantian. Saya juga belajar bahwa kita sama sekali tidak boleh menilai seseorang hanya karena penampilan luarnya. Saya sangat suka dengan kisah cinta Siying yang ringan. Berbeda dengan novel romance pada umunya yang dimulai dari rasa benci, novel ini mengalir dengan begitu saja. Itulah yang membuat novel ini istimewa. Terdapat unsur komedi yang menghibur. Saya menyukai semua tokoh yang ada di dalam novel ini, namun jika diminta untuk memilih saya akan memilih A Tuo yang polos dan apa adanya. Bagian cerita yang saya sukai adalah cerita tentang masa lalu Nyonya Bos dan alasannya selalu menyediakan dua cangkir kopi aneh. Saya juga suka bagaimana penulis menjelaskan lingkaran pertemanan Siying yang semakin lebar setelah berteman dengan A Tuo. Saya pun sangat suka cara pendekatan yang dipilih oleh Siying untuk mendekati Si Kenya. Beberapa hal dalam novel ini membuat saya lebih mudah mengerti terutama beberapa kali penulis menjelaskan tentang film, aktor maupun majalah Shounen yang membuat saya terkikik mengerti majalah Shounen yang dimaksud. Selain itu novel ini juga sama sekali tidak pernah keluar jalur dari judul, dengan mengabil kata Cafe, penulis berhasil menjelaskan proses pembuatan kopi dan jenis kopi. Hampir lupa beberapa kali penulis menulis tentang Indonesia, seperti Luak Sumatra, sebuah nama yang dimiliki oleh seekor kucing.
Saya rekomendasikan novel ini pada mina-san yang sangat suka novel romance, namun bosan dengan romance yang mainstream. Mina-san yang sedang dalam penantian, dan untuk mina-san yang mulai kecanduan karya Giddens Ko setelah membaca You Are The Apple of My Eye. Novel ini sangat sayang untuk dilewatkan. Novel ini bisa mina-san dapatkan di toko buku online karena sepertinya akan sulit mencarinya di toko buku offline. Dengan harga Rp 76.000,00 mina-san sudah mendapatkan kisah cinta yang unik ini. Terima kasih banyak telah membaca review saya. Semoga review saya dapat membantu mina-san. Mata Ashita ne〜
Akan tetapi, aku curiga kalau A Tuo adalah segelas air itu. Seratus persen air biasa yang tidak berwarna dan tidak berbau. Halaman 101
0 komentar